KARAWANG |JagatNusantara co.id|
Nelayan Desa Ciparage Jaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, kembali menggelar tradisi Pesta Laut atau Nedran sebagai bentuk ungkapan syukur atas melimpahnya hasil tangkapan laut sepanjang tahun.
Perayaan tahunan ini dipusatkan di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ciparage Jaya pada Jumat (14/11/2025). Acara berlangsung meriah dan menjadi magnet bagi masyarakat pesisir.
Sejak pagi, aktivitas di sekitar pesisir Ciparage Jaya tampak lebih ramai dari biasanya. Para nelayan telah menyiapkan berbagai keperluan upacara, sementara warga turut membantu jalannya rangkaian kegiatan yang menjadi bagian penting dalam tradisi turun-temurun tersebut.
Rangkaian acara dimulai dengan kirab budaya. Nelayan bersama masyarakat berkeliling kampung diiringi suara marching band yang menghentak namun tetap menghadirkan suasana khidmat. Kirab itu menjadi bagian yang paling dinanti karena menampilkan kekompakan warga dan memperlihatkan kekayaan budaya pesisir.
Warga dari berbagai desa sekitar juga tampak memadati area jalan untuk menyaksikan kirab. Banyak di antara mereka yang datang setiap tahun karena tradisi Nedran dianggap sarat makna dan menjadi simbol kebersamaan masyarakat pesisir Ciparage Jaya.
Usai kirab, masyarakat dan nelayan menggelar doa bersama. Doa dipanjatkan sebagai bentuk permohonan keselamatan, kelancaran melaut, serta harapan akan keberkahan hasil laut yang lebih baik pada tahun-tahun mendatang. Momen ini menjadi inti spiritual dalam keseluruhan rangkaian tradisi.
Setelah doa bersama, para nelayan bersiap menaiki kapal yang telah dihias. Kapal-kapal tersebut tampil mencolok dengan hiasan buah-buahan, sayuran, hasil bumi, hingga kepala kerbau yang menjadi simbol penghormatan dalam prosesi larungan. Dekorasi itu memberikan warna tersendiri dan memperindah suasana di dermaga.
Area TPI Ciparage Jaya semakin sesak oleh warga yang ingin menyaksikan prosesi larungan. Tradisi ini menjadi momen puncak, ketika hasil bumi dan sesaji dilepaskan ke laut sebagai ungkapan syukur serta bentuk penghormatan terhadap alam yang selama ini memberikan sumber penghidupan.
Prosesi larungan berlangsung khidmat meski dalam suasana meriah. Para nelayan perlahan membawa kapal ke laut lepas untuk melepaskan sesaji. Warga yang memadati bibir pantai mengabadikan momen ini, yang menjadi bagian penting dalam sejarah budaya masyarakat pesisir Karawang.
Pesta Laut Nedran tahun ini dihadiri berbagai unsur masyarakat dan pemerintahan. Hadir Kepala Desa Ciparage Jaya H. Kabun, S.Pdi.I, perwakilan Satpol Air Polres Karawang, Ketua KPPL Samudra Mulya Wawan Setiawan, A.Md., manajemen TPI, serta tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemuda.
Dalam sambutannya, H. Kabun menyampaikan apresiasi atas kerja sama masyarakat dan nelayan yang memastikan seluruh rangkaian acara sejak 12–15 November berjalan lancar. Ia menyebut tradisi ini sebagai warisan budaya yang harus terus dijaga.
Menurut dia, Pesta Laut Nedran bukan sekadar ritual tahunan, tetapi wujud syukur masyarakat kepada Allah SWT atas berkah laut yang menjadi sumber rezeki utama bagi para nelayan. Ia berharap kekayaan laut Ciparage Jaya semakin memberi manfaat bagi seluruh warga.
Tradisi Nedran juga dinilai memiliki fungsi sosial yang penting. Selain mempererat hubungan antarnelayan, kegiatan ini menjadi momentum memperkuat solidaritas antarwarga dan menghidupkan kembali peran budaya dalam kehidupan masyarakat pesisir.
Kepala desa menegaskan bahwa pemerintah desa akan terus mendukung pelaksanaan tradisi ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan identitas budaya sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Ia menilai bahwa keberkahan hasil laut tidak lepas dari kebersamaan dan kerja keras para nelayan.
“Semoga hasil laut ke depan semakin melimpah dan membawa kesejahteraan bagi seluruh nelayan Ciparage Jaya,” ujar H. Kabun dalam sambutannya.
Pesta Laut Nedran di Ciparage Jaya kembali menunjukkan bahwa budaya lokal masih hidup dan mampu menjadi perekat masyarakat. Tradisi ini tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menjadi ruang syukur dan kebersamaan bagi warga pesisir yang menggantungkan hidup pada laut.
(Laporan : Romidah)